Qudwah kita, baginda Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi Wasallam telah mengajarkan bahwa barangsiapa yang berada dalam keadaan marah, maka hendaklah ia berwudhu. Sebab marah itu datangnya dari syaitan. Dan syaitan dibuat dari api, sehingga tiadalah yang dapat memadamkan api kecuali dengan Air.
Redamlah marah dengan berwudhu, karena tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam keadaan marah, mesti tindakannya SALAH.
Di dalam al-Quran, Alloh Subhanahu Wa Ta’ala memberikan beberapa contoh, dan contoh ini terjadi pada orang-orang hebat. Yang dari contoh itu kita dapat mengambil i’tibar bagaimana marah apabila menguasai seseorang, maka orang tersebut tidak dapat mengontrol tindakannya.
Sebagai contoh, KISAH NABI MUSA ‘ALAIHISSALAM berikut ini..
Nabi Musa ‘alaihishsholaatu wassalam ‘berjumpa’ dengan Alloh Ta’ala selama 40 hari. Setelah berjumpa dengan Alloh, beliau membawa “alwah” atau “lauh-lauh” (Taurat / papan berisi Firman Alloh Ta’ala), berisi pesan dari Alloh, dan firman Alloh yang Mulia berada dalam lauh-lauh tersebut.
Ketika turun dari bukit Thursina, baginda amat terkejut ketika mendapati umatnya. Tampak bani Israil telah menyembah patung lembu yang dibuat oleh Samiri. Melihat perilaku bani Israil yang sedang melakukan perkara syirik kepada Alloh Subhanahu Wa Ta’ala, menjadi murkalah Nabi Musa.
Altar Bani Israel di dekat Jabal Lawz, Arab Saudi. Tempat umat Nabi Musa (Bani Israel) menyembah patung anak lembu buatan Samiri saat ditinggal oleh Nabi Musa pergi bermunajat kepada Alloh selama 40 hari di bukit Thursina.
Nabi Musa dikenal sebagai orang yang memiliki
gairah, yakni perasaan cemburu apabila kehormatan Alloh Subhanahu Wa
Ta’ala dinodai. Dalam keadaan Nabi Musa sedang marah, dilemparkan
Lauh-Lauh itu dari tangannya.
Bukankah dalam al-Lauh itu terdapat ayat-ayat Alloh???
Setelah itu, baginda pun pergi menemui Nabi Harun, kemudian ditarik
olehnya baju Nabi Harun dengan kuat seraya berkata, “aku tinggalkan kamu
untuk menjaga bani Israil, tapi mengapa kamu biarkan mereka melakukan
perkara yang syirik kepada Allohu Subhanahu Wa Ta’ala?!!”
Lalu
Nabi Harun memberi tahu, “wahai saudaraku, kalau saja aku larang mereka,
niscaya mereka akan membunuhku. Aku tunaikan amanah engkau, tapi mereka
mengancam akan membunuhku”
Setelah mendengar keterangan Nabi
Harun, menjadi redalah kemarahan Nabi Musa, diambil kembali Lauh-Lauh
yang berserakan, dan kemudian berdo’a kepada Alloh, “Ya Alloh, ampunkan
dosa saya dan saudara saya ini”
Padahal sebelumnya tadi, apa yang Nabi Musa perbuat saat sedang Marah?
Baginda mencampakkan Lauh-Lauh yang dibawanya, memarahi Nabi Harun,
bahkan menarik baju kakak kandungnya sendiri (riwayat lain mengatakan
menarik janggut Nabi Harun. Ada pula yang mengatakan; menampar).
Demikianlah keadaan seseorang apabila marah menguasainya.
PESAN MORAL
Bukan perkara yang aib apabila seseorang memiliki sifat marah, justru
yang aib adalah apabila seseorang tidak punya sifat marah. Tapi orang
yang istimewa adalah orang yang punya sifat marah, namun mampu
‘mengawal’ (menahan) amarahnya.
Suatu peristiwa terjadi saat
sayyidina Abu Bakar Shiddiq rodhiyallohu ‘anhu berada di Masjid Nabi.
Ketika itu beliau dimaki oleh seseorang di hadapan Rosululloh
Shollallohu ‘Alaihi Wasallam.
Orang Badui tersebut terus
mengeluarkan kata-kata yang tidak karuan. Seketika sayyidina Abu Bakar
melihat di hadapannya ada Rosululloh maka beliau pun menahan amarahnya.
Semakin sayyidina Abu Bakar diam, maka semakin tak berhenti pula orang
itu memakinya. Lama-lama sayyidina Abu Bakar pun tak tahan, sehingga
beliau bangkit dari duduknya dan marah juga pada orang tersebut.
Melihat hal demikian, baginda Nabi bangkit dari duduknya lantas pergi.
Dikejarlah oleh sayyidina Abu Bakar, “Ya Rosulalloh, mohon maaf kalau
saya tadi telah mengganggu kenyamanan duduk Tuan”
Kata baginda
Nabi, “Kamu tadi, saat orang itu memaki, dan kamu tidak melayani
marahnya orang itu, aku lihat banyak para malaikat datang mengelilingi
kamu. Tapi ketika kamu bangkit dan marah juga, malaikat pergi, syaithon
datang, dan aku tidak duduk di tempat yang ada syaithon.”
ShodaqAllohul ‘Adziim, wa Shodaqo Rosuuluhul Kariim, wa Nahnu ‘ala
dzalika minas Syaahidiin was Syaakiriin, walhamdulillaahi Robbil
‘Aalamiin. ๐ <3
Wallohu a’lam bishshowaab.
Allohumma Sholli ‘ala Sayyidina Muhammad wa ‘ala Aalihi wa Shohbihi Ajma’iin
Sebelum membahas amalan yang dapat dibaca agar tidak didekati syaithon, mari terlebih dahulu baca kisah Poltax berikut ini :
Suatu malam Poltax pulang lembur, di jalan ia bertemu wanita (wn) cantik.
Poltax: “Neng, pulang lembur juga ya?”
Wn: “Enggak. Sok tau deh”
Poltax: “Kalo Neng bukan karyawan, berarti bidadari dong? Abang rela lembur tanpa dibayar asalkan bisa ketemu Neng tiap malam”
Wn: “…..???…..”
Poltax: “Baju kamu putih bersih ya, sama seperti hatiku..”
Wn: “Masa?”
Poltax: “Iya, tidak ada noda satupun yg bisa mengotori hatiku kecuali senyummu..”
Wn: “Gombal aja, pulang sana, kalo rumah Abang kebakaran gimana?”
Poltax: “Gak apa-apa, soalnya kalo ada kamu apinya jadi api asmara, hehe. Abang boleh kenalan ga?”
Wn: “Yakin mau kenalan?”
Poltax: “Yayakinlah. Kalo kamu ga punya nama berarti bener dong kamu bidadari?”
Wn: “ihh lebay deh dari tadi bidadari bidadari mulu, sekali-kali kamu
bangga dong bisa kenalan sama KUNTILANAKK hihihihihih… *ngikik horror*
Poltax: “ALAMAKK!” *kabur*
Siapa nih yang “selfie” di belakang?
Besok malamnya Poltax yang baru pulang lembur bertemu wanita cantik
lagi. “Wah ada cewek malam-malam begini sendirian! Hmm pasti perempuan
tidak bener ini, dasar jablay, aku maki-maki ah.”
Poltax: “Kok disini? Kupu-kupu malam ya?”
Wn: “Jangan sembarangan ngomong kamu!”
Poltax: “Malam-malam sendirian, ngapain lagi kalo bukan nunggu pelanggan?!”
Poltax: “Halah keciil.. Mana pacarmu itu, biar abang kasih pelajaran!”
Wn: “Emang berani?!”
Poltax: “Siapa takut?! Jangankan cuma pacarmu, pocong aja abang libas!”
Wn: “Lho kok tahu sih nama cowokku?”
Poltax: “Cowokmu?! Kayak kuntilanak aja sih pacaran sama pocong?”
Wn: “ih Abang pinter deh, tau namaku juga! Hihihihihi…”
Poltax: *sambil grogi* “Neng, kalo mau lari ke arah mana ya?”
——
Besok malamnya lagi, Poltax baru pulang kantor, di jalan ketemu wanita
cantik lagi dan lagi. “Ada cewek malam-malam, jangan-jangan kuntilanak
lagi! Hii serem trauma gua!” Batin Poltax.
Wn: “Mau kemana, Bang?”
Poltax: “Hii… Kamu kuntilanak ya?”
Wn: “Enak aja!”
Poltax: “Hufft… Untung ternyata bukan, jadi kamu cewek beneran?”
Wn: “Makanya lihat-lihat dulu jangan main tuduh aja!”
Poltax: “Sorry deh, sorry, hehe..”
Wn: “Lain kali sebelum nuduh perhatiin baek-baek dulu, kuntilanak apa bukan!”
Poltax: “Iya deh, Saya juga ragu masa cewek secantik Neng Kuntilanak. Namanya siapa sih Neng?”
Wn: “ihh malah ngajak kenalan. Serius? Emang udah perhatiin aku baik-baik?”
Poltax: “Ahh bikin penasaran aja si Eneng. Emang kenapa sih Neng?”
Wn: “Lihat nih punggung gue, bolong kan? Itu artinya gue Sundel Bolong! Bukan kuntilanak!”
Poltax: *muntah kembang tujuh rupa*
Malam besoknya, Poltax terpaksa pulang kerja lewat jalan lain.
Sayangnya di jalan itu terdapat sebuah Pemakaman Umum. Malam itu pas dia
lewat, ada wanita cantik sedang serius melihat-lihat sebuah batu nisan.
Poltax: “Neng papa kamu dukun ya?” *mau ngegombal ceritanya*
Poltax: “Soalnya kamu pemberani banget di kuburan sendirian. Emang ga takut hantu?”
Wn: “Enggaklah”
Poltax: “Kalo aku sih takut sama hantu. Tapi aku lebih takut kalo kehilangan kamu..”
Wn: “Eeaa..” *cabut-cabut batu nisan*
Poltax: “Nisannya kenapa dicabutin Neng?! Lebih baik neng nyabutin hatiku aja..”
Wn: “Aku marah Bang! Tanggal matiku salah tulis, padahal baru tadi pagi aku dikubur!” *banting nisan*
Poltax: *lari tanpa permisi*
——
Poltax terus berlari berusaha meninggalkan lokasi pemakaman, tapi
tiba-tiba kakinya tersandung sesuatu, akhirnya sukses tersungkur di
tanah. Saat itulah dia melihat seorang perempuan duduk rileks di batu
nisan sambil mainin hape.
Poltax: “Neng pinjem hapenya bentar, buat nelpon temen suruh jemput?”
Wn: “ih jangan dong, orang lagi dipake fesbukan. Lagi baca Status Lucu nih!”
Poltax: “Fesbukan kok di atas kuburan. Kamu gila ya?!”
Wn: “Kan sekalian nyari sinyal, Bang. Di dalam sinyalnya lemah, hihihihihiH
Poltax: “Tuluuung..!” *lari lagi*
——-
Di gerbang pemakaman, Poltax berjumpa wanita lagi. Sambil ngos-ngosan senin kamis, Poltax mendekati wanita tsb…
Poltax: “Eh Neng, numpang tanya..”
Wn: “Mau nanya apa, Bang?”
Poltax: “Masak udah dua kali saya ketemu hantu! Emang kuburan ini angker ya?”
Wn: “Kayaknya enggak deh bang, sudah 5 tahun saya dikubur di sini ga pernah ada kejadian apa-apa kok”
Poltax: *pingsan sepingsan pingsannya*
Maaf ya Sobat, kisah di atas hanyalah fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.
Adapun kisah riil (nyata), adalah sebagaimana yang dialami oleh Sahabat Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wasallam, yaitu Sayyidina Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anhu saat beliau ditugaskan menjaga “baitul maal” oleh Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wasallam.
Pada malam ia berjaga, bertemulah Abu Huroiroh dengan seorang yang mencuri, maka ditangkaplah oleh Abu Huroiroh.
Kata Abu Huroiroh kepada pencuri tersebut, “Aku laporkan kamu kepada Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wasallam “
Orang itu berkata, “Aku miskin, aku tak makan, aku lapar, bla, bla…dst”
Mendengar alasan si Pencuri, menjadi tak tegalah Abu Huroiroh sehingga melepaskannya.
Kemudian pada keesokan harinya Abu Huroiroh berjumpa dengan Nabi Shollallohu ‘Alaihi Wasallam dan menceritakan hal yang terjadi.
“Ya Aba Huroiroh, apa yang kau perbuat dengan orang yang kau tangkap semalam?”, tanya baginda Nabi Shollallohu ‘Alaihi Wasallam .
Kata Abu Huroiroh, “Ya Rosulalloh, dia mengaku kelaparan sehingga aku tak tega dan melepaskannya”
Kata baginda Rosul Shollallohu ‘Alaihi Wasallam , “Malam ini dia akan balik, dan kembali mencuri”
Mendengar dari baginda Nabi bahwa pencuri tersebut akan datang kembali, maka Abu Huroiroh standby (siap siaga) pada malam berikutnya.
Benar saja, untuk kali yang kedua Abu Huroiroh menangkap pencuri yang sama dengan malam sebelumnya.
Ditangkap oleh Abu Huroiroh, “Kali ini benar-benar aku akan laporkan engkau kepada Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wasallam “, demikian ancam Abu Huroiroh.
Si-pencuri mengatakan, “Mohon kasihanilah, aku lapar, keluarga saya
tidak makan, bla, bla, (berbagai macam alasan dia kemukakan)”
Abu
Huroiroh ini orang miskin, hatinya lembut, dan mudah kasihan pada
seseorang. Sehingga untuk kedua kalinya pun akhirnya ia lepaskan pencuri
tersebut.
Keesokan harinya berjumpa lagi dengan Nabi Shollallohu ‘Alaihi Wasallam dan Abu Huroiroh beritahukan pada baginda Nabi Shollallohu ‘Alaihi Wasallam . Lalu tanya Nabi, “Apa yang engkau perbuat dengan orang yang kau tangkap itu?”
Maka Abu Huroiroh menjelaskan panjang lebar kronologis-nya yang membuat ia tak tega dan terpaksa melepaskan si pencuri.
Kata Rosul Shollallohu ‘Alaihi Wasallam , “Dia akan kembali malam ini juga untuk mencuri”
Setelah mengetahui bahwa pencuri tak jera, dan dia akan balik untuk
yang ketiga kalinya. Maka Abu Huroiroh makin bertambah siap dan siaga. ๐
Malam itu, datanglah si pencuri dan ditangkap oleh Abu Huroiroh, “Kali
ini tidak ada ampun lagi bagimu!” demikian ancam Abu Huroiroh tidak
main-main.
Lantas orang itu berkata, “Ya Aba Huroiroh, maukah
engkau aku berikan suatu amalan yang apabila engkau amalkan, engkau
tidak akan dihampiri (didekati) oleh Syaithon? Tapi dengan syarat,
lepaskan aku setelah aku beri tahu.”
Pandangan Abu Huroiroh,
selagi ini membawa manfaat dalam hal agama dan akhirat, kenapa tidak?
Maka diterima usul dari pencuri tersebut.
Lalu kata orang tersebut, “Kalau kamu mau tidur bacalah AYAT KURSI, maka kamu tidak akan dihampiri oleh Syaithon.”
Esok hari Abu Huroiroh pergi berjumpa dengan Nabi Shollallohu ‘Alaihi Wasallam dan menceritakan kejadian semalam.
Kata Abu Huroiroh, “Yaa Rosulalloh, dia memberitahukan kepadaku sebuah amalan yang apabila aku lakukan maka tidak akan dihampiri Syaithon. Dan dia juga memberi tahu kalau mau tidur hendaklah membaca AYAT KURSI“
Sabda baginda Nabi Shollallohu ‘Alaihi Wasallam , “Shodaqoka wahuwa kadzuub” (Dalam hal ini apa yang dia sampaikan benar, walaupun dia adalah pendusta).
“Yaa Aba Huroiroh, kamu tahu siapa yang kau tangkap tiga kali ini?” tanya Rosul Shollallohu ‘Alaihi Wasallam .
Jawab Abu Huroiroh, “Allohu wa Rosuluhu A’lam” (Alloh dan Rosul-NYA yang lebih mengetahui).
Nabi Shollallohu ‘Alaihi Wasallam memberi tahu, “itu adalah SYAITHON“
PESAN MORAL
AYAT KURSI berkhasiat untuk mencegah kita dihampiri oleh syaithon. Selain waktu akan tidur, Ayat Kursi dapat juga dibaca setiap waktu. Baik di pagi hari, maupun di malam hari. Baik sebelum Sholat, maupun sesudah Sholat. Baik saat keluar rumah, maupun masuk rumah. Biasakan membaca Ayat Kursi secara istiqomah, niscaya Alloh akan menjauhkan kita dari Syaithon yang terkutuk.
Wallohu a’lam
Allohumma Sholli ‘ala Sayyidina Muhammad wa ‘ala Aalihi wa Shohbihi Ajma’iin. Aamiin
Ga semua memang, tapi kebanyakan wanita diciptakan lebih sensitif menangis dibanding pria. Mudah meneteskan air mata. Jika pria di saat sudah terpojok jurus terakhirnya adalah ngeles, maka senjata terakhir wanita adalah menangis.
Sebagaimana yang dialami Wulan dalam cerpen Zuck-Linn (karya Arizuna Zuckirama) berikut ini…
Sore tadi Wulan mengadakan kunjungan persahabatan ke rumah Linn.
Glotak! Dengan serampangan, Wulan menghempaskan tasnya yang terbuat dari kulit kadal di atas meja. Lalu duduk di samping Linn sambil menggerutu ga jelas. Sementara Linn, masih asik ngupil sejak dua jam tadi.
“Halo Linn. Gue tamu nih, ga dibikinin minuman apa-apa?” sapa Wulan.
Tapi sapaan Wulan ga dapat respon. Linn masih asik ngupil. Jari
telunjuknya mengobok-ngobok lubang hidungnya sambil mendesah-desah
keenakan.
“Linna! Stress lo ya?!” merasa dicuekbebekin, Wulan terpaksa menghardiknas.
Linn kaget. Menoleh kepada Wulan. “Hai Wulan. Barusan aku kaget lho.”
“Bodo amat!” sahut Wulan keki.
“Muahaha… Pengantin baru kok jutek gitu sih? Kenapa, kenapa?”
Wulan diam. Matanya mulai berkaca-kaca spion, sedetik kemudian air mata itu muncrat kemana-mana.
“Bocor, bocor. Matamu berair, Wul. Kamu nangis, ya?” Linn panik. Nyodorin tisu untuk Wulan.
“Yaiyalah nangis. Lo pikir gue pipis lewat mata?!” Wulan mengusap-usap
airmatanya pake tisu, setelah itu tisunya dikembalikan kepada Linn.
“Nangis kenapa sih?”
Wulan justru makin semangat nangisnya. “Anto Linn, Anto. Suami gue. Hiks.”
“Iya, iya. Suami kamu kenapa? Direbut tetangga? Meninggal? Cerita dong,” Linn kuatir.
“Dia… Dia ternyata orangnya ga romantis, Linn, huhuhuu..”
Linn mendengus. “Ya Alloh… Cuma masalah begituan?”
“Itu nyebelin banget tau ga sih Linn? Nyebelin!”
Linn menatap Wulan penuh tanda tanya. “Jadi ceritanya kamu nyesel nikah sama Anto?”
Wulan terdiam cukup lama, “Gue cuma pengen dia romantis dan perhatian ke gue. Masa pendiam banget gitu, ngomong sama gue kalo pas lagi lapar aja. Gue kesepian, Linn. Rumah kami yang megah itu sepinya udah kayak kuburan tua. Mendingan gue tinggal di gubuk derita deh, tapi punya suami yang romantis, suka becanda dan bisa bikin gue nyaman..” cerocos Wulan sambil menatap Linn penuh tanda seru.
Linn termenung tiga jam.
“Gimana kalo kamu aja yang memulai keromantisan itu. Kamu coba godai
suami kamu. Kamu gombal-gombalin dia. Kalo diem dibales diem ya
diem-dieman gitu jadinya ga selese-selese,” Linn memberi saran.
Mata Wulan tiba-tiba berbinar. Tangisnya terhenti. Kemudian tersenyum lebar sampai ke kuping. “Ga nyangka lo punya usul sebriliant ini, Linn. Ga rugi gue punya sahabat kayak elo. Makasih, yah. Muah!” kisbai Wulan, kemudian bergegas pulang.
HIKMAH dan MUHASABAH dari Kejadian yang Dialami Wulan
Terkadang air mata kita mudah jatuh berderai hanya untuk menangisi sesuatu hal yang tidak penting. Jangan sampai air mata yang keluar ini menjadi sia-sia.
Sebagai perbandingan sekaligus pembelajaran, bolehlah sekali-kali kita lihat bagaimana para Anbiya’ (Nabi-Nabi) dan Sholihiin (orang-orang Sholeh) ketika mereka menangis.
Sebagaimana disebutkan dalam kitab Minhajus Saawi Thoriqoh ‘Alawiyah karya al-‘Allamah al-Habib Zein bin Ibrohim bin Sumaith (semoga Alloh melindungi beliau serta memberikan manfaat untuk kita) [Silahkan lihat dalam FOTO di bawah ini]
> (Paragraf 1): Tangisan Nabi
Dikisahkan, tatkala Nabi Adam ‘Alaihissalam turun ke bumi, maka beliau tinggal di bumi selama 300 tahun tidak mengangkat kepalanya ke langit lantaran malu kepada Alloh (karena telah memakan buah khuldi). Berkata ibn ‘Abbas, “Adam dan Hawa menangis selama 200 tahun atas hilangnya kenikmatan syurga, tidak makan dan minum selama 40 hari, dan keduanya tidak berjumpa selama 100 tahun”
Riwayat ini sekaligus
meluruskan kisah ‘israiliyyat’ yang mengatakan bahwa Nabi Adam dan Hawa
menangis karena perpisahan. Tidak! Namun mereka menangis lantaran khouf
(takut) kepada Alloh Ta’ala.
>> (Paragraf 2): Tangisan Sholihiin
Diriwayatkan oleh (Imam) al-Ashma’i rohimahulloh. Suatu ketika beliau melihat (Sayyidinal Imam) Ali Zainal Abidin bin Husein Rodhiyallohu ‘Anhuma (cicit Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wasallam) menangis oleh karena rasa takutnya yang begitu besar kepada Alloh Subhanahu Wa Ta’ala, maka ia bertanya:
“Wahai Tuanku, mengapakah engkau beribadah sedemikian susah begini? Sedangkan engkau adalah Ahlul Bait (putra Husein, putra Fatimah, putri Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wasallam), bukankah Alloh telah berfirman dalam (QS. Al-Ahzab ayat 33): Sesungguhnya Alloh bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.. ??”
Berkata Imam Ali Zainal Abidin bin Husein, “Wahai Ashma’i, tidak mungkin! Sesungguhnya syurga diciptakan untuk orang-orang yang taat kepada Alloh Ta’ala meskipun ia adalah seorang hamba sahaya Habsyi (yang hitam). Dan sesungguhnya neraka diciptakan untuk orang-orang yang maksiat kepada Alloh Ta’ala, meskipun ia adalah seorang tuan dari kalangan Quraisy.”
>>> (Paragraf 3): KESIMPULAN dan PESAN dari baginda Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi Wasallam:
โSetiap mata pada hari kiamat nanti pasti akan menangis, kecuali tiga : 1. Mata yang dipejamkan dari larangan Alloh 2. Mata yang dibuat jaga pada perang fii sabilillah 3. Mata yang menangis karena takut kepada Alloh”
Semoga Alloh Subhanahu Wa Ta’ala merizqikan kita air mata yang selalu diliputi dengan rasa Khouf (takut) dan Khusyu’ (tunduk) kepada-Nya. Aamiin… wa Shollallohu ‘ala Sayyidina Muhammadin wa ‘ala Aalihi wa Shohbihi Ajma’iin. wAlhamdulillaahi Robbil ‘Aalamiin.
[FOTO]: Habib Ali Zainal Abidin al-Jufri sedang menunaikan sholat di bawah batu (shokhroh) tempat Nabi Muhammad SAW “take off” untuk Mi’roj meninggalkan orbit bumi
Kisah berikut ini termasuk dalam kategori Israiliyat (sejenis โlegendaโ) yang disadur dari Kitab Durrotun Nashihin (karya Syaikh Utsman bin Hasan bin Ahmad asy-Syakir al-Hubawiy, seorang ulama asal Konstantinopel) halaman 117 dengan sedikit penyesuaian. Kebenarannya tidak dapat dipertanggungjawabkan. Namun, cukup bisa dijadikan sebatas pengetahuan dengan tetap tidak menjadikannya sebagai dalil.
Bismillaahirrohmaanirrohiim..
Alkisah, bumi pernah membanggakan dirinya kepada langit, โAku lebih
baik daripada dirimu, karena Alloh menghiasi aku dengan berbagai negeri,
lautan, sungai-sungai, pohon-pohon, gunung-gunung dan lain-lainnya.โ
Langit berkata kepada bumi, โJustru aku yang lebih baik dari dirimu,
Alloh telah menghiasi diriku dengan matahari, bintang-bintang, bulan,
cakrawala, planet-planet dan lain sebagainya.โ
Bumi berkata lagi,
โPadaku terdapat Baitulloh (Kaโbah) yang selalu dikunjungi oleh para
Nabi, para Rosul, para wali dan orang-orang mukmin secara umum, dan
mereka selalu berthowaf kepadanya!โ
Langit tidak mau kalah, ia berkata, โPadaku ada Baitul Makmur, dimana para malaikat selalu berthowaf kepadanya. Padaku juga terdapat surga, yang merupakan tempat ruh para Nabi, ruh para Rosul, ruh para wali dan semua ruh orang-orang yang sholeh!โ
Jadi, hakikat sebenarnya dari ‘batu melayang’ adalah shokhroh tersebut. Bukan gambar palsu sebagaimana yang banyak beredar di internet. Apabila kita perhatikan, ternyata di bawahnya tidak mampat, melainkan terdapat ruang kosong yang besarnya seukuran musholla. Sehingga dapat dikatakan seolah-olah batu (shokhroh) tersebut ‘melayang’. Wallohu a’lam
Bumi berkata lagi, โSesungguhnya pimpinan para rosul dan penutup para nabi, Kekasih Allohu Robbul ‘Aalamiin, seorang rosul yang paling mulia dari segala yang ada, Muhammad Shollallohu ‘Alaihi Wasallam, yang semoga salam dan penghormatan selalu terlimpah kepadanya, ia tinggal dan menetap pada diriku, dan ia menjalankan syariatnya di atas punggungku!โ
Mendengar perkataan bumi yang membanggakan akan keberadaan Nabi Shollallohu ‘Alaihi Wasallam pada dirinya, langit tidak bisa memberikan argumentasi tandingan yang sepadan.
Langit pun tahu bahwa Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi Wasallam adalah makhluk termulia dan yang paling dicintai Alloh Subhanahu Wa Ta’ala, dan faktanya memang tidak pernah sekalipun Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi Wasallam menjejakkan kaki pada dirinya, apalagi membuat aktivitas-aktivitas yang membekas dan memberi kesan tersendiri pada beliau. Langit hanya terdiam, merasa kalah dan terpojok dengan posisi yang dibandingkan oleh bumi.
Tetapi kemudian langit menghadapkan diri kepada Alloh dan berdo’a, โYa Alloh, Engkau selalu mengabulkan segala permintaan hamba-hamba-Mu yang dalam keadaan terdesak atau terjepit. Ya Alloh, saat ini aku adalah hamba-Mu yang dalam keadaan terdesak dan tidak dapat memberikan jawaban yang sepadan kepada bumi!โ
Alloh Ta’ala memperkenankan doa langit tersebut. Saat itu adalah tanggal 27 Rojab, Alloh berfirman, โWahai Jibril, hentikan dahulu tasbihmu pada malam ini! Wahai Izroil, pada malam ini janganlah engkau mencabut ruh terlebih dahulu!โ
Tampak atas Shokhroh (batu tempat berpijak Nabi saat Mi’roj ke Sidrotul Muntaha). Batu Shokhroh ini berada di Masjid Kubah Batu (Dome of the Rock), Yerusalem – Palestina
Malaikat Jibril berkata, โYa Alloh, apakah kiamat telah tiba masanya??โ
Memang, Jibril dan malaikat-malaikat lainnya tidak akan pernah berhenti
melantunkan tasbih kepada Alloh, apapun keadaannya, kecuali jika hari
kiamat telah tiba. Alloh berfirman lagi, โTidak wahai Jibril, tetapi
pergilah engkau ke surga, bawalah salah satu buroq disana dan bawalah
Muhammad datang menghadap-Ku malam ini!โ
Malaikat Jibril segera memenuhi perintah Alloh, ia datang ke surga dan melihat 40.000 buroq sedang merumput di padang rumput surga, pada kening buroq-buroq itu tertulis nama Muhammad Shollallohu ‘Alaihi Wasallam . Tampak satu buroq menunduk dan air matanya terus mengalir, tidak merumput seperti yang lainnya. Jibril menghampirinya dan berkata, โApa yang terjadi dengan dirimu, wahai buroq??โ
Buroq itu berkata, โWahai Jibril, sejak 40.000 tahun yang lalu aku mendengar nama Muhammad Shollallohu ‘Alaihi Wasallam, dan hatiku terbakar rindu untuk bisa bertemu dengannya. Kerinduan itu begitu meliputiku sehingga aku tidak bisa lagi makan dan minum, kecuali apabila aku telah bertemu dengan beliau (Shollallohu ‘Alaihi Wasallam)โ
Malaikat Jibril tersenyum dan berkata, โAku akan menyampaikan dirimu kepada orang yang selama ini kamu rindukan. Malam ini juga engkau akan bertemu dengan Muhammad Shollallohu ‘Alaihi Wasallamโ
Kemudian Jibril memasang pelana dan tali pengikat dari sutera surga pada buroq itu dan membawanya turun ke bumi. Setelah selesainya peristiwa Isro Miโroj Nabi Shollallohu ‘Alaihi Wasallam, langit pun bisa memberikan argumentasi kepada bumi dan ia merasa bahwa kedudukannya cukup sejajar dengan bumi.
Wallohu a’lam bishshowaab
Allohumma Sholli ‘ala Sayyidina Muhammad wa ‘ala Aalihi wa Shihbihi Ajma’iin. Aamiin
Suatu hari orang miskin (kaum dhuafa) datang berbondong-bondong
melakukan demonstrasi yang terbilang ‘aneh’ kepada Rosululloh
Shollallohu ‘Alaihi Wasallam.
Mereka berunjuk-rasa bukan lantaran
didorong kekurangan sandang dan pangan. Bukan pula karena tidak
kebagian jatah zakat fitrah atau seanting daging qurban. Melainkan
khawatir akan kehidupan akhiratnya kelak.
“Ya Rosulalloh.. Menjadi orang kaya itu rasanya senaaang sekali, mereka banyak mendapatkan pahala.
Mereka sholat sebagaimana kami sholat, dan mereka pun berpuasa sebagaimana kami berpuasa.
Akan tetapi, kelebihan orang Kaya adalah mampu bersedekah dengan harta
yang mereka miliki, sedangkan kami tak memiliki harta yang dapat
disedekahkan ๐ ”
Demikian keluhan orang miskin mengekspresikan isi hati mereka kepada baginda Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi Wasallam.
Foto hanya sebagai ilustrasi
Mereka takut bagaimana jadinya apabila kehidupan kelak di ‘seberang’
makam tidak memperoleh pahala sebanding dengan ganjaran yang diterima
oleh kaum berada.
Inilah “ghibthoh” (kecemburuan positif), yakni keinginan bersaing dalam hal kebaikan.
Maka Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wasallam memberi tahu mereka dengan
sabdanya, “Laisa qod jaโalallohu lakum ma tashoddaquuna bih?”
Bukankah Alloh telah menganugerahkan kepadamu wahai orang Miskin, yang
dengannya kamu diganjar sama dengan bersedekah seperti orang kaya?
Tanya mereka, “Apa itu Ya Rosulalloh??”
Baginda menjawab, “Sesungguhnya setiap kalian mengucapkan tasbih “Subhanalloh” adalah sedekah.
Setiap melafalkan takbir “Allohu Akbar” adalah sedekah juga bagimu.
Sehingga apabila kamu tidak mampu bersedekah dengan harta, maka bersedekahlah dengan DZIKIR! Subhanalloh wal-hamdulillah wa Laa iLaaha iLLaLLohu Allohu Akbar..”
Ketika mendengar hal itu, menjadi giranglah perasaan orang-orang miskin, berbunga-bungalah hati mereka ๐ <3
Namun disaat yang sama, orang Kaya mengetahui perihal orang miskin yang bisa bersedekah dengan dzikir.
Maka mereka pun tak mau ketinggalan sehingga melakukan hal yang sama, yakni ikut berdzikir juga! ๐
Menanggapi kondisi demikian, lantas orang miskin kembali lapor dan
mengajukan ‘protes’ kepada baginda Nabi Shollallohu ‘Alaihi Wasallam.
Lalu dijawab oleh baginda Nabi dengan sangat bijaksana, “Ini adalah
satu bagian nasib yang Alloh sudah tentukan kepada segolongan manusia
yang tidak ada pada yang lain”
Kalau semua orang hidup Kaya Raya bergelimang harta, siapa yang mau bekerja??
Kalau semua orang hidup Miskin, lalu siapa yang akan memberi gaji??
Dan kalau tak ada orang Miskin, bagaimana pula orang-orang Kaya bisa memberi sedekah??
Jadi, mestilah ada kelebihan pada segolongan orang, dan kekurangan pada
golongan yang lain. Karena hidup ini adalah saling melengkapi antara
satu dengan yang lain. Setuju?
Wallohu a’lam bishshowaab.
Allohumma Sholli ‘ala Sayyidina Muhammad wa Aalihi wa Shohbihi Ajma’iin. Aamiin
Di Indonesia, sarung adalah pakaian
yang paling sopan dan terhormat, pakaian yang biasa dipakai juga untuk ibadah
sholat.
Pakaian ini tidak mengenal ras dan
golongan, kaya maupun miskin. Tua, muda, sampai anak-anak lazim memakainya,
seolah-olah sudah menjadi ciri khas umat Islam tanah air Indonesia.
Memang, sarung identik dengan
santri, maka ada istilah ‘kaum sarungan’, maksudnya adalah para santri yang
sedang aktif (atau setidaknya pernah) belajar di suatu lembaga pendidikan
bercorak pesantren.
Kendati demikian, seluruh lapisan
masyarakat sudah familiar dan akrab dengan pakaian yang satu ini.
Sarung juga telah menjadi simbol
perlawanan. Sebagai sebuah wilayah yang mayoritas beragama Islam, sarung
menjadi simbol perlawanan terhadap penjajah Belanda yang terbiasa menggunakan
baju modern seperti jas.
Para santri di zaman kolonial
Belanda menggunakan sarung sebagai simbol perlawanan terhadap budaya Barat yang
dibawa kaum penjajah. Kaum santri merupakan masyarakat yang paling konsisten
menggunakan sarung dimana kaum nasionalis abangan telah hampir meninggalkannya.
Ya, pakaian yang sangat simpel dan
mudah dipakai, tidak seperti pakaian yang lain. Orang yang terbiasa pakai
sarung, terasa sangat enjoy bahkan kalau memakai celana panjang merasa gerah
dan pengap.
Timnas Sepakbola Pantai Majelis-TAFDI saat melakukan laga eksebisi di pantai Kidul (03 Juli 2012)
Santri dulu (atau mungkin sampai
sekarang) seolah tidak suka pakaian lain, kemana-mana pakai sarung; ke masjid,
ke sekolah, main bola, kerja di sawah, bangun gedung, bahkan ke mall sekalipun
pakai sarung, tidak ada rasa minder sama sekali. ^_^
Ada juga yang mengatakan bahwa ketika
KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) pada hari-hari pertama pasca pelantikan
Presiden RI, saat akan ngantor di Istana Negara pakai sarung. Luar biasa!
Tampaknya sarung sudah menyatu dengan hati Gus Dur.
Dr. KH. Manarul Hidayat, pengasuh
pondok pesantren Al-Mahbubiyyah pernah berkata bahwa, “Orang yang pakai
sarung adalah orang yang sangat demokratis, bisa ke kanan dan bisa juga ke
kiri.”
Lain halnya dengan mas Setiawan
Budhi. Sebagai pecinta sarung, ia meneliti dengan bertanya kepada 10 orang
cowok, โApakah kalian punya sarung?โ
Dan ternyata 10/10 (10 orang dari 10
yang ditanya) menjawab โYaโ. Ini berarti hasilnya mutlak sempurna. Gak seperti
di iklan-iklan kosmetik yang cuma 7/10, 8/10, atau 9/10.
Tambahnya lagi, Sarung mempunyai
fungsi yang lumayan banyak. Seperti:
2). Pengganti selimut saat tidur.
Kalo pake selimut terlalu gerah, maka gunakanlah sarung, niscaya tidur akan
terasa lebih pulas (halah).
3). Untuk FASHION. Yup, siapa bilang
pake sarung itu gak G403L?? Pake sarung tetap terlihat keren kok. Buktinya
presiden Jokowi biar pake jas, tetap sarungan ๐
4). Sahabat setia para Ronda
Rangers. Selain menggunakan kupluk dan membawa senter, yang lagi ngeronda
biasanya juga membawa sarung sebagai sahabat setianya.
5). Properti wajib bagi para maling.
Biasanya kalo di TV, para maling menggunakan sarung sebagai media penyamaran
mereka dalam beraksi (yang ini jangan di tiru yaa..wkwk)
Serta masih banyak lagi manfaat dan
fungsi lainnya. Itulah sebabnya mengapa sarung menjadi barang FAVORITE yang
wajib dimiliki setiap orang. Dan satu lagi hal yang paling unik dari sarung,
“Bisa bikin adem saat suasana
panas, dan bisa bikin anget saat suasana dingin.”
Demikian sekelumit tentang sarung.
So, ini sarungku, mana sarungmu? ๐
Wallohu a’lam bishshowaab
Allohumma Sholli ‘ala Sayyidina
Muhammad wa ‘ala Aalihi wa Shohbihi Ajma’iin. Aamiin
Bidadari kecil dari kota Malang ini bernama Azza, sangat ekspresif saat qosidah dilantunkan. Dengan memakai sarung tangan dan duduk paling depan, ia seolah-olah menjadi dirijen bagi jama’ah yang lain untuk semangat bersholawat dan bersalam kepada baginda Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi Wasallam
Bismillaahirrohmaanirrohiim..
Sesungguhnya para Imam dan Ulama besar mempunyai kisah yang unik, diantaranya Imam Nawawi, Imam Ibnu Katsir, dan semua Imam Ahli Tafsir, Ahli Hadits, Ahli Fiqh, dan Ahli Ushul. Salah satu yang terkenal adalah kisah Imam al-‘Utbi.
#Kisah 1
Kisahnya disebutkan dalam Tafsir QS. an-Nisa ayat 64. Disebutkan bahwa ketika beliau berziarah ke makam Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wasallam, beliau duduk di samping seseorang yang datang dari pedalaman.
Orang tersebut berdiri dan mengucapkan salam kepada Rosululloh dan kedua Sahabatnya. Lalu orang itu berkata:
“Yaa Rosulalloh, aku telah mendengar Firman Alloh:
Sesungguhnya jika mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Alloh, dan Rosul pun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Alloh Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang (QS. an-Nisa: 64)
Kini aku telah datang kepadamu untuk memohon ampun kepada Alloh atas dosaku, maka mohonkanlah ampun untukku Yaa Rosulalloh.โ
Tak lama setelah orang Badui itu pergi, Imam ‘Utbi tertidur. Dalam mimpinya Imam ‘Utbi melihat Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wasallam yang kemudian baginda bersabda,
โWahai ‘Utbi, bangun dan kejarlah orang Badui itu, lalu kabarkan kepadanya bahwa Alloh telah mengampuni dosanya.โ
—————————– #Kisah 2
Sebuah kisah unik lain dari kaum Sholihin saat berziarah ke makam Rosululloh, beliau melihat seseorang dari pedalaman juga (orang Badui) datang dan memberi salam kepada Rosululloh dan kedua sahabatnya, lalu orang itu berdo’a:
“Ya Alloh, Muhammad ini adalah Nabi-Mu. Aku adalah hamba-Mu. Dan syaitan adalah musuh-Mu.
Jika Engkau mengampuni aku, maka Nabi-Mu akan gembira, dan hamba-Mu akan selamat, serta musuh-Mu akan bersedih.
Namun apabila Engkau tak mengampuni aku, maka Nabi-Mu bersedih, hamba-Mu hancur, dan musuh-Mu gembira.
Engkau lebih Dermawan dan lebih Mulia, tidak mungkin Engkau membuat musuh-Mu bahagia dan Nabi-Mu bersedih”
Kemudian setelah itu orang Badui tersebut pulang.
Tak lama, orang Sholihin yang masih berziarah tertidur. Dalam tidurnya beliau bermimpi bertemu Rosululloh seraya berkata:
“Bangunlah dan kejar orang Badui itu! Katakan bahwa Alloh telah mengampuni segala dosanya sebab doanya yang unik itu.”
—————————– #Kisah 3
Kisah terakhir ini terjadi tatkala seorang Badui melihat jenazah orang lain di kampungnya. Selesai dimakamkan, pada malam harinya salah satu kerabat mayit bermimpi bertemu si-mayit. Kemudian ia bertanya,
“Bagaimana keadaanmu setelah wafat?”
Maka mayit itu pun berkata, “Alloh mengampuniku berkat doa orang Badui yang unik itu.”
Pagi harinya, kerabat si-mayit bangun dan penasaran, doa apa sih yang disampaikan orang Badui tersebut?
Ketika bertemu, orang Badui itu menjawab, ” Aku ini orang gunung yang tidak tahu apa-apa, ketika aku melihat kalian sholat dan berdoa, aku tidak mengerti doa apa yang kalian panjatkan, maka aku berdoa dengan kalimat ini: Ya Alloh, seandainya ini tamu saya, maka akan saya sembelihkan unta saya untuk menjamunya. Namun saat ini ia adalah tamu-Mu, dan Engkau Maha Dermawan lagi Maha Pemberi”
Maka dengan sebab doa yang unik dari orang Badui itulah menjadikan ampunan Alloh bagi si-mayit.
================================== Subhanalloh wal-hamdulillah. Sungguh! Betapa hujan rahmat dan anugerah Alloh tercurah dengan lebat kepada semua umat manusia.
Mari kita merayu pada Alloh Subhanahu Wa Ta’ala dan juga Habibiy Muhammad Khoiril Mursaliin:
“Duhai Kanjeng Nabi, Abu Jahal telah melihat wajah engkau. Sedangkan kami belum pernah. Padahal kami tidak lebih buruk darinya yang senantiasa membencimu. Dapatkah kami melihat wajahmu, Ya Rosul?
Duhai Gusti Alloh, jadikanlah kami orang yang senantiasa bersabar atas segala sesuatu yang menimpa kami, sebagaimana kami telah bersabar atas kerinduan dan kecintaan kami kepada beliau Shollallohu ‘Alaihi Wasallam.
Telah KAU halangi mata kami dari memandang wajah Nabi kami, akan tetapi kami disabarkan oleh janji beliau, “Bersabarlah kalian sampai kalian menjumpai aku di telaga Haudh” Maka pastikanlah wahai Robbiy, semua wajah kami berjumpa dengan baginda Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi Wasallam di telaga Haudh. Aamiin Yaa Robbal ‘Aalamiin.”
wAllohu a’lam bishshowaab.
Allohumma Sholli ‘ala Sayyidina Muhammad wa Aalihi wa Shohbihi Ajma’iin. Aamiin
Disarikan oleh RiseTAFDI team dari taushiyah Guru Mulia al-Musnid al-Habib Umar bin Hafidz di ponpes al-Fachriyah pada 30/10/2016 [RBBT, 3 Shofar al-Khoir 1438 H atau 3 Nopember 2016 | 14.03 UTC+7]
Yang namanya ikatan pacaran itu suatu saat pasti akan putus. Tidak ada sejarahnya aktivis pacaran yang pacarannya bisa awet bertahan lama sampai 47 tahun misalnya. Tidak ada! Suatu saat, yang berpacaran pasti akan putus, entah putus jadi MANTAN, atau putus jadi MANTEN.
Foto hanya sebagai ilustrasi
Jangankan pacaran, setelah dilamar pun, seseorang bisa saja gagal menikah karena satu dan lain sebab. Makanya, Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wasallam melarang umatnya mengumumkan lamaran, dan hanya menganjurkan untuk memberitakan pernikahan.
Apalagi mereka yang mengumumkan pacaran di media sosial, betapa menyelisihinya dengan perintah Nabi Shollallohu ‘Alaihi Wasallam. Tidak cukupkah kasus-kasus bunuh diri karena diputusin pacar menjadi pelajaran?
Jangankan sekadar lamaran, bahkan yang menikah pun tiada jaminan akan langgeng sampai akhir hayat. Tidak cukupkah kasus-kasus perceraian menjadi pelajaran? Bahwa mengumumkan pernikahan bukan untuk berbangga diri, hanya pemberitahuan agar tidak ada buruk sangka bagi orang yang belum tahu, dan syiar agar banyak orang termotivasi dalam menghidupkan sunnah sang Nabi Shollallohu ‘Alaihi Wasallam.
Adapun contoh dan cara mutusin pacar tanpa menyakiti, salah satunya adalah dengan alasan “mau MENIKAH” :
“Sayang, kita putus ya?”
“Kenapa?”
“Aku udah bosen jadi pacar kamu. Aku maunya jadi istri kamu aja. Putus maksudnya mari kita putuskan kapan tanggal pernikahan kita.”
Putus model begini, insyaAlloh dijamin 100% tidak akan menyebabkan sakit hati, justru bikin hepi. Kecuali kalau mau menikahnya dengan orang lain. ๐
HIKMAH dan PESAN MORAL-nya
Pacaran berasal dari kata dasar ACAR
Pacaran adalah kependekan dari kata PEMACARAN, yaitu proses melakukan tindakan untuk membuat jadi ACAR.
Sifat acar adalah asam, asin, manis, dan kadang-kadang sepat.
Maka begitulah dengan tindakan pacaran, kadang terasa manis, kadang asin, kadang asam.
Terjadinya pertengkaran Terjadinya cakar-cakaran Terjadinya bubar-bubaran ฮarena adanya pacaran
Baru jadian pacaran bilang AMAZING Tapi setelah bubaran ngatain A*ZING
Cintailah apa dan siapa saja, tetapi sadarlah, kelak engkau akan berpisah dengannya :'(
Cinta tak perlu setinggi bukit, nanti sakit :-s
Agar tak merana, Cintai dengan sederhana ๐
Ini dia rumus Cinta agar kita senantiasa bersuka cita, tiada derita dan air mata ^_^
SATU โ (SA)yangi (TU)han
DUA โ (D)an (U)tusan (A)lloh
TIGA โ (T)aati (I)bu dan ju(G)a (A)yah
EMPAT โ (E)ngkau (M)enikahlah (P)ada ia yang (A)khlaknya (T)erpuji
LIMA โ ojola(LI) li(MA) waktu
***************
Cinta pada Sang Pencipta….
“MENGUBAH DERITA JADI BAHAGIA”
***************
Orang yang paling bahagia adalah orang yang menjadikan puncak dan tujuan utamanya mencintai ALLOH SUBHANAHU WA TA’ALA
*************** Konklusinya…
Harta terbaik adalah yang udah disedekahin.
Ibadah terbaik adalah yang udah diikhlasin.
Ilmu terbaik adalah yang udah diamalin.
Dan PACAR TERBAIK ??? . . . . . . . . . . . Yang udah dinikahin ๐
Siapa sih yang nggak ingin punya banyak uang? Sebagaimana bang Haji Rhoma Irama dalam senandung lagunya tentang Rupiah, “Tiada orang yang tak suka, pada yang bernama rupiah. Semua orang mencarinya, di mana rupiah berada.”
Baiklah, kali ini RiseTAFDI mau berbagi trik menggandakan rupiah. Langsung aja ya. Tidak perlu ke dukun atau paranormal. Sangat mudah dan praktis. Bisa praktekkan sendiri di rumah. Hanya dua cara saja :
Pertama, baca bismillah.
Kedua, letakkan uang Anda di depan cermin berapapun nominalnya.
Sekarang lihat di cermin! Uang Anda sudah bertambah kan? ๐
Semakin banyak Anda meletakkan uang di depan cermin, maka akan semakin berlipat-lipat jumlah uang Anda.
Hehe.. Mohon maaf ya Sobat, itu tadi hanya guyon. Kalau yang ini baru serius, beneran.
MAU PUNYA BANYAK FULUS ???
“Mintalah pada Alloh, walaupun hanya secuil Garam”
Maksudnya, sekecil apapun permintaan, hendaklah berdiri di hadapan “pintu” Alloh Subhanahu Wa Ta’ala. Yang mana apabila seseorang berdiri di hadapan pintu Alloh, maka tidak akan pulang dengan tangan hampa.
(Alkisah) pada masa kholifah Hisyam bin Abdul Malik, tatkala sang kholifah berada di masjid Nabawi, ada seorang ‘Arifin yang sedang i’tikaf. Lalu dihampiri oleh sang kholifah. Kemudian ditanya, “Apakah kamu mempunyai hajat kepada saya?”
Berkata ‘Arifin tersebut, “Saya segan minta kepada Anda, sedangkan saya sendiri berada di rumah Alloh Ta’ala. Di rumah Zat Yang Maha Kaya, saya minta kepada makhluk?, malulah saya kepada-NYA”
Kemudian oleh sang Kholifah ditunggu
beberapa saat, hingga akhirnya kholifah pun keluar. Tak lama, orang
‘Arif itu pun ikut keluar.
Didatangi kembali oleh kholifah. Rupanya sang kholifah begitu simpatik pada orang ‘Arif ini.
Ditanya lagi oleh kholifah, “Sekarang kamu sudah berada di luar Rumah
Alloh, saya tawarkan sekali lagi akan hajat kamu kepada saya. Mau minta
sesuatukah kepada saya?”
Berkatalah orang ‘Arif, “Anda menawarkan saya sebuah permintaan yang nantinya akan Anda penuhi, apakah permintaan itu menyangkut permintaan Akhirat, ataukah permintaan Dunia?”
Jawab kholifah, “Kalau permintaan akhirat, saya tak bisa penuhi karena bukan saya yang punya akhirat. Tapi kalau permintaan dunia, saya bisa penuhi karena saya punya dunia”
Kata orang ‘Arif, “Kalau dalam hal dunia, kepada Yang Menciptakan dunia ini saja saya tak pernah meminta, apatah lagi kepada Anda yang tidak menciptakan dunia.” ๐
HIKMAH dan PESAN MORAL
MasyaAlloh! Orang ‘Arif tersebut sangat menjaga ‘iffah (kehormatan diri)-nya, sehingga tidak mau minta kepada orang lain, kendati terbuka peluang tersebut untuk meminta. Meski sebagian mereka memerlukan, namun demi menjaga ‘iffahnya, mereka lebih baik diberi tanpa meminta. Selain itu, orang yang selalu menjaga ‘iffahnya, mereka juga tidak mau ‘mengangkat matanya’ untuk mempunyai atau memiliki apapun yang dimiliki oleh orang lain (dalam hal keduniawian).
Ketika baginda Rosul Shollallohu ‘Alaihi Wasallam ditanya oleh Sahabat, “Ya Rosulalloh, apakah amalan yang apabila saya lakukan, Alloh sayang kepada saya, dan manusia pun akan sayang kepada saya?”
Maka baginda Nabi bersabda, “Izhad fiddun-ya yuhibbukalloh. Wazhad fiimaa ‘indan-naas yuhibbukan-naasโ
(Zuhudlah kamu di dunia — yakni merasa cukup dengan apa yang Alloh berikan — maka Alloh akan sayang kepada kamu. Dan zuhudlah kamu dengan apa yang dimiliki oleh orang lain, — yakni tak merasa dirinya ingin mempunyai apa yang dimiliki orang lain, tidak dengki terhadap kelebihan yang ada pada orang lain, serta tidak ada kepentingan apa-apa (menghendaki sesuatu) ketika bersahabat dengan orang yang lebih Kaya hartanya –, maka manusia pun akan sayang kepadamu).
Wallohu a’lam bishshowab. Allohumma Sholli ‘ala Sayyidina Muhammad wa ‘ala Aalihi wa Shohbihi Ajma’iin. Amiin
Disarikan oleh RiseTAFDI team melalui kalam Habibana Ali Zainal Abidin bin Abu Bakar al-Hamid [RBBT, 06 Februari 2016 | 00:15 UTC+7]
Sayyidina Ibrohim bin Adham ‘alaihi rohmatulloh adalah seorang ‘alim dan
juga wali besar. Suatu hari beliau bekerja menjaga kebun milik seseorang.
Kemudian pada saat itu datanglah seorang Samseng (gengster / preman) ke kebun yang dijaga oleh Sayyidina Ibrohim bin Adham dengan maksud untuk meminta buah yang ada di kebun tersebut.
Kata Sayyidina Ibrohim, “Kalau tidak ada izin dari tuan yang punya, aku tidak berhak memberikan satu buah pun, sedangkan aku tidak mendapatkan izin juga.”
Kata si-Preman, “Kamu tidak tahu siapa saya?!” Dengan pongahnya ia
menggertak Sayyidina Ibrohim.
Kata Sayyidina Ibrohim, “Maaf saya tidak tahu”
Lalu ditamparlah Sayyidina Ibrohim oleh Preman tersebut.
“Saya tidak akan izinkan kamu mengambil satu buah pun.” Demikian
Sayyidina Ibrohim teguh dalam pendirian.
Karena Sayyidina Ibrohim tetap keukeuh pada pendiriannya, maka ditampar lagi untuk kali yang kedua oleh si Preman.
Hingga tiga kali tamparan, sikap premanisme itu tidak digubris sama sekali oleh Sayyidina Ibrohim, maka ditinggalkanlah oleh si Preman.
Foto hanya sebagai ilustrasi
Pada waktu yang bersamaan, kejadian itu dilihat oleh seseorang. Maka preman
itu dipanggil, “Hei, apa yang sudah kau perbuat?”
Kata Preman, “Saya hanya minta satu buah tapi tak dibagi sama dia”
“Kamu tahu siapa orang yang baru saja kamu tampar tadi? Itu adalah
Ibrohim bin Adham.” Timpal orang tersebut
Rupanya nama Ibrohim bin Adham dikenal dengan baik oleh si Preman. Namun ia belum mengetahui seperti apa wajah Sayyidina Ibrohim bin Adham sebelumnya.
Setelah mengetahui hal demikian, menjadi sangat malulah si Preman karena
telah menampar orang besar. Kemudian ia kembali kepada Sayyidina Ibrohim bin
Adham untuk memohon kemaafan karena telah memukulnya berkali-kali.
Tapi Sayyidina Ibrohim bin Adham malah berkata, “Saya sudah memaafkan kamu sejak kamu mengangkat tangan dan memukul kepala saya.
Bagaimana saya tidak memaafkan kamu, sedangkan setiap kali kamu angkat
tangan memukul saya, Alloh ampunkan dosa saya karena saya bersabar dalam
menghadapi sikapmu.
Tak mungkin saya tidak memaafkan kamu sedangkan kamu telah membawa kebaikan untuk saya. Kebaikan yang kamu berikan kepada saya jauh lebih besar daripada kebaikan yang saya berikan untuk kamu”
MasyaAlloh!
Yaa Alloh, anugerahilah kami hati yang syafaqoh sebagaimana telah Engkau karuniakan kepada wali-Mu, Sayyidina Ibrohim bin Adham. Yakni perasaan lembut dan kasih bukan hanya kepada kawan saja, tetapi juga kepada setiap orang yang tidak suka dan mengganggu. Aamiin Yaa Robbal ‘Aalamiin.
wAllohu a’lam bishshowaab.
Allohumma Sholli ‘ala Sayyidina Muhammad wa Aalihi wa Shohbihi Ajma’iin. Aamiin
Disarikan oleh RiseTAFDI team dari mau’idzhoh hasanah Habibana Ali Zainal Abidin bin Abu Bakar al-Hamid (Pengasuh Majlis Ta’lim Darul Murtadza) [13 Shofar al-Khoir atau 13 Nopember 2016 | 22:00 UTC+7]